4 Alasan Mengapa Anak Sering Bertanya ‘Kenapa’ dan Cara Bijak Menyikapinya

Aloha!

Buat temen-temen yang punya anak balita atau usia prasekolah, pasti merasakan hampir setiap hari diburu sama pertanyaan “kenapa” dari si kecil.

Kenapa roti itu empuk?”
Kenapa eyang dibawa ke Palembang, ga ke surga?” (Pas eyang (pakde saya) Agni meninggal)
Kenapa kita harus tidur siang?

Itu beberapa kalimat pertanyaan ‘kenapa’ yang pernah Agni tanyakan ke saya. Pernah bingung ga jawabnya? Pastinya. Hampir setiap pertanyaan pasti perlu waktu buat mikirin jawabannya.

Bukan karena kepo atau cari perhatian, ya Parents. Ada penjelasannya dibalik sikap anak tersebut, lho. Yuk, kita baca 4 alasan utama kenapa si kecil bertanya ‘kenapa’.

1. Tanda Perkembangan Otak yang Baik

Menurut Jean Piaget, seorang psikolog perkembangan, anak usia 2–7 tahun berada dalam tahap preoperational. Pada fase ini, mereka dapat menyerap informasi dengan pesat dan belajar memahami hubungan sebab-akibat.

Pertanyaan “kenapa” merupakan tanda awal bahwa anak mengembangkan pemikiran logis dan tertarik untuk mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya.

2. Membangun Rasa Ingin Tahu dan Percaya Diri

Sebuah studi dari University of Michigan menemukan bahwa anak usia 3–5 tahun bisa bertanya hingga 76 buah pertanyaan setiap jam-nya. Wow, semangat ya kita para orang tua. Harus ekstra sabar dan banyak baca supaya bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan unik dari si kecil.

Anak bertanya karena ingin memahami dan menguji kemampuan sosialnya. Dengan bertanya mereka melihat apakah mereka bisa mendapat respon atau perhatian dan jawaban dari orang dewasa.

3. Menguatkan Hubungan Emosional

Bertanya adalah salah satu cara anak untuk berinteraksi secara sosial dan membangun hubungan emosional. Mereka belajar bahwa dengan bertanya mereka bisa memulai percakapan, mendapatkan perhatian, bahkan merasa dekat dengan orang tua.

Menarik kan, pertanyaan “kenapa” ternyata bisa jadi momen bonding yang berharga. Jadi, jangan abaikan gempuran pertanyaan “kenapa” si kecil, ya.

4. Melatih Berpikir Kritis

Pernah ga pas anak bertanya “kenapa” ke kita, bukannya menjawab, tapi kita tanya balik ke dia.

Hmm, kira-kira menurut kamu kenapa, ya?

Umpan balik ini dapat membantu anak belajar berpikir kritis, bukan hanya menerima jawaban. Hal ini menjadi pondasi penting untuk membentuk pola pikir saat mereka dewasa nanti.

1. Jawab dengan Bahasa Sederhana

Berikan penjelasan dengan kalimat yang bisa anak pahami sesuai usianya. Gunakan kalimat yang singkat, jelas, dan tidak terlalu teknis.

Misalnya, jika anak bertanya, “Kenapa pohon bisa besar?”, tidak perlu memberikan penjelasan ilmiah tentang anatomi tumbuhan dan proses pertumbuhan yang rumit. Kita bisa menjawab, “Karena pohon dimulai dari bibit yang ditanam di tanah, disirami air, terkena cahaya matahari, sehingga dapat tumbuh semakin besar.”

Jawaban tersebut dapat memuaskan rasa ingin tahu anak tanpa membuat mereka bingung. Mereka jadi lebih nyaman untuk terus bertanya dan belajar.

Selain itu, cara ini juga membantu anak mengembangkan kosa kata dan kemampuan berbahasa mereka secara bertahap.

2. Gunakan Buku atau Video Edukatif

Buku bergambar dan video adalah salah satu sarana belajar yang paling efektif di usia dini. Ketika anak sering bertanya “Kenapa?”, kita bisa menggunakan buku bergambar atau video edukatif sebagai alat bantu untuk menjelaskan jawaban untuk pertanyaan anak.

Misalnya, saat anak bertanya, “Kenapa hujan turun?”, kita bisa menunjukkan buku cerita yang menggambarkan proses terjadinya hujan dengan ilustrasi yang menarik.

Selain itu, kita juga bisa menggunakan video pendek yang menjelaskan siklus air dengan animasi lucu dan menarik, sehingga mudah dimengerti oleh anak.

Buku dan video tidak hanya membantu anak memahami jawaban dengan lebih jelas, tapi juga bisa menumbuhkan minat mereka pada membaca dan belajar.

Pilihlah sumber bacaan dan konten video yang sesuai dengan usia dan tahap perkembangan anak. Konten yang interaktif dan menyenangkan bisa membuat proses belajar terasa lebih menyenangkan.

Kalau kita nggak tahu jawaban dari pertanyaan anak, kita bisa ajak mereka untuk mencari tahu bersama. Anak biasanya akan lebih semangat belajar ketika ditemani orang tuanya.

3. Berikan Ruang untuk Bertanya

Banyak bertanya merupakan suatu tanda yang baik bahwa anak tumbuh dengan rasa ingin tahu yang tinggi.

Untuk mendukung tumbuh kembang kognitifnya, penting bagi kita sebagai orang tua untuk memberikan ruang agar anak merasa aman dan nyaman bertanya kapan pun mereka penasaran akan sesuatu.

Memberikan ruang artinya tidak hanya kondisi secara fisik (misalnya menciptakan suasana santai di rumah), tetapi juga secara emosional. Anak perlu merasa bahwa mereka dapat menyampaikan pertanyaan tanpa takut dihakimi, dimarahi karena terlalu banyak bertanya, dan lain sebagainya.

Sebagai orang tua, terkadang memberikan ruang untuk anak bertanya juga menjadi satu tantangan tersendiri. Ketika kita sedang lelah atau sibuk, kita perlu mengendalikan diri untuk tetap bisa mendengarkan, memperhatikan, dan menjawab pertanyaan anak dengan sabar.

Dengan begitu, anak akan merasa dihargai dan lebih percaya diri untuk terus mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya.

4. Bertanya Balik Kepada Anak

Ketika anak bertanya “Kenapa?”, sesekali kita bisa merespon dengan memberikan pertanyaan balik kepada anak seperti, “Menurut kamu kenapa, ya?” atau “Kamu pernah lihat itu di mana sebelumnya?”

Bukan untuk menghindari menjawab, cara ini dapat digunakan untuk melatih daya pikir kritis anak dan mendorong mereka mencari jawaban sendiri berdasarkan pengamatan atau pengetahuan yang sudah mereka miliki.

Dengan bertanya balik, kita mengajak anak untuk belajar berpikir logis dan keterkaitan informasi. Anak juga berlatih untuk menyampaikan pendapat, sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya diri.

Hal ini juga dapat melatih anak untuk berdiskusi, bukan hanya menerima jawaban satu arah.

Contoh:

Anak. : “Kenapa burung bisa terbang?”
Orang tua : “Menurut kamu kenapa burung bisa terbang?”
Anak. : “Soalnya dia punya sayap…”
Orang tua : “Betul! Nah, sayapnya itu membantu burung mengepak dan mengangkat tubuhnya ke udara.”

Dari berbagai penjelasan di ata, jelas terlihat bahwa mengungkapkan pertanyaan “kenapa” menjadi bagian penting dari tumbuh kembang anak. Mereka sedang belajar tentang dunia, interaksi sosial, dan melatih logika dasar.

Maka, meskipun kadang bikin pusing dan terheran-heran (kok ya kepikiran nanyain hal itu), yuk kita nikmati fase ini sebagai masa emas belajar bersama.

Semangat para orang tua! 😁

Referensi:

https://www.klikdokter.com/ibu-anak/tips-parenting/dear-parents-ini-cara-merespons-anak-yang-terus-tanya-kenapa

https://www.psychologytoday.com/au/blog/just-you/202111/why-are-why-questions-important-children

(Visited 1 times, 1 visits today)

Leave a Comment