Kelas Kelompok Bermain untuk Anak 3 Tahun, Perlu Gak Sih?

Aloha!

Siapa yang lagi galau mikirin sekolah buat anak balitanya?

Jaman sekarang, anak-anak usia dini sudah ramai-ramai disekolahkan formal. Kenapa sih?
Aku termasuk salah satunya juga, yang menyekolahkan anak pertama (dan juga akan menyusul anak kedua) ke sekolah formal.

Sumber: dokpri

Kalau menurutku, alasan memasukkan anak ke PAUD jenjang Kelompok Bermain (usia 3 tahun) atau preschool, bisa sangat beragam, ya.

Alasan pribadiku memasukkan anakku ke jenjang Kelompok Bermain (usia 3 tahun) adalah:

1. Karakter / Kepribadian Anak

Anak pertamaku termasuk anak slow-to-warm yang membutuhkan waktu untuk memulai interaksi dengan orang lain. Apalagi generasi covid, kann. Kalau ketemu orang lain biasanya langsung balik badan ke mamanya.

Emang ga ada teman di rumah?
Ada, tapi interaksi dengan teman-teman di rumah juga kurang dan tidak rutin. Karena kesibukan saya juga, ga memungkinkan untuk ajak anak-anak terus main keluar di jam tertentu. Belum tentu juga teman-temannya keluar untuk main di waktu yang sama dengan kami.

2. Frekuensi Interaksi

Serupa dengan penjelasan sebelumnya, rutinitas atau frekuensi interaksi juga ambil bagian dari alasan saya menyekolahkan anak di usia 3 tahun.

Kalau ada interaksi yang intensif dan rutin, anak akan terbiasa menyesuaikan diri dan berbaur dengan lingkungannya.

3. Meningkatkan Keterampilan Motorik

Sebenarnya, meskipun anak tidak sekolah, hanya di rumah, tapi kalau anak sering diajak main keluar, keterampilan motorik anak juga tetap terasah.

Nah, masalahnya, pas saya di rumah, energinya udah habis buat nemenin anak main di luar dan sosialisasi sama ibu-ibu 😂 Kalau udah di rumah, segala pekerjaan rumah dan urusan bocil sudah menanti 😀 Sesekali masih bisa, tapi ga bisa rutin 🙁

Harapannya, dengan ikut kelas bermain, akan lebih banyak kegiatan yang dilakukan anak, jadi anak lebih banyak bergerak secara fisik.

Fase sekolah jenjang usia dini atau taman kanak-kanak (TK), merupakan tahap pendidikan awal yang sangat penting bagi perkembangan anak.

Pada fase ini, anak belajar untuk mengembangkan keterampilan sosial, emosional, dan motorik, serta berbagai pengetahuan dasar.

Saat anak saya KB, dia diajarkan melakukan berbagai kebiasaan sehari-hari yang baik, seperti berbaris sebelum masuk kelas, antri dan mencuci tangan sebelum makan, berdoa, merapikan mainan setelah digunakan, dan lainnya.

Anak saya juga belajar berbagai kebiasaan baik berkaitan dengan interaksinya dengan orang lain, di antaranya, mengucapkan salam kepada suster dan guru, meminta maaf ketika menyakiti teman, meminta izin saat mau menggunakan barang milik orang lain, mengucapkan terima kasih dan berani meminta tolong dalam situasi terkait.

Melalui pendidikan di Kelompok Bermain, menurutku ada beberapa manfaat yang didapat, yang menunjukkan peningkatan perkembangan dalam diri anakku.

1. Sosial dan Emosional

Salah satu manfaat yang terlihat adalah adanya peningkatan keterampilan sosial. Di sekolah, anak-anak belajar berinteraksi dengan teman sebaya, berbagi mainan, dan berdinamika bersama dalam berbagai kegiatan.

Di semester pertama, perkembangan di anakku belum terlalu terlihat. Tetapi, saat masuk di semester kedua, mulai keliatan banget progresnya 😁

Anakku jadi lebih berani ketemu orang baru berani bertanya di kelas, punya inisiatif untuk memulai interaksi sama temannya, banyak cerita tentang kegiatan dia di sekolah juga. Efeknya, dia jadi lebih semangat sekolah.

Di hari-hari tertentu, anak juga diajak untuk mengenal emosinya. Jadi di kelas disediakan gambar ekspresi emosi seseorang. Anak ditanya apa yang dirasakan di hari tersebut dan diminta memilih ekspresi mana yang sesuai dengan perasaannya.

2. Stimulasi Kognitif

Di kelas, anak juga diajarin untuk belajar beberapa pengetahuan dasar, seperti mengenal angka, huruf, warna,bentuk, dan lainnya. Tapii, dikemas dalam berbagai kegiatan yang ga membosankan buat anak, sambil bermain juga.

3. Motorik

Di kelompok bermain, anakku juga melakukan banyak aktivitas fisik, misalnya lari-lari, panjat-panjatan (mainan outdoor di sekolah), melompat, berjalan mengikuti satu garis lurus, dan lainnya.Bebagai aktivitas ini melatih keterampilan motorik kasar dan dapat meningkatkan keseimbangan dan keterampilan koordinasi tubuh anak.

Anak-anak juga diajarkan cara memegang pensil, menggunting, mengelem, belajar makan sendiri, dan lainnya. Kegiatan ini dapat melatih motorik halus yang berperan penting untuk kesiapan masuk ke jenjang pendidikan berikutnya.

Selain banyak sekali hal baik yang bisa anak dapatkan melalui kelas kelompok bermain, kita juga perlu bersiap menghadapi beragam pengaruh yang mungkin negatif untuk anak.

Kalau dari pengalaman saya, pengaruh atau hal yang negatif yang dialami anak dengan mengikuti kelas kelompok bermain, misalnya anak akan lebih mudah sakit karena terpapar dengan banyak orang.

Sebagai orang tua, kita juga perlu bersiap jika memang seusia anak kita belum bisa mengontrol emosi dan dirinya, dengan baik, sehingga dapat menyakiti temannya (mendorong, menjambak, memukul, melempar barang, dan lainnya), atau sebaliknya, menjadi korban dari teman yang lain.

Anak juga biasanya mudah rewel, moodnya juga labil, jadi suka bersikap yang di luar dugaan kita di sekolah, entah itu tiba-tiba ga mau sekolah, teriak-teriak saat ditinggal, atau malah diam saja ga mau mendengarkan apa yang kita ucapkan.

Namun tidak perlu khawatir karena dengan banyak hal dan pengalaman yang dirasakan anak, anak dapat belajar menempatkan diri dan mengenal lingkungan di luar rumah dan keluarganya. Kita yang perlu membesarkan hati, melawan rasa malu, dan mau hadir untuk mengenal dan memahami apa yang dirasakan anak.

Dengan banyaknya hal baik yang diperoleh dengan mengikuti kelas di kelompok bermain, meskipun ada hal negatif yang dapat dialami anak, menurut saya, Kelas kelompok bermain memang perlu untuk anak-anak. Terlebih, jika orang tua merasa hanya punya waktu yang terbatas untuk menstimulasi anak.

Kalau menurut Parents, gimana? 😀

(Visited 12 times, 1 visits today)

Leave a Comment