Temperamen Anak: Tipe dan Serba-serbi Uniknya

Aloha!
Bapak, Ibuk, temen-temen, pernah ke playground dan memperhatikan perilaku anak-anak yang ada di sana?
atau,
PakBuk sudah punya anak lebih dari satu, punya temen, saudara, atau kenalan yang anaknya lebih dari satu, dan pernah mengamati perilaku anak-anak itu gak?

Kalau pernah memperhatikan, mungkin pernah terlintas di pikiran PakBuk kenapa ya si anak A kok petakilan banget tingkahnya, kok si anak B ngeliat peernya mau main bareng di perosotan yang sama langsung mundur lagi ga jadi main, kok si anak C bisa se-supel itu ketemu temen baru langsung digandeng diajak main boneka bareng, dan masih banyak ‘kok’ yang lainnya hihii.

Berbagai pertanyaan yang muncul terkait hal tersebut, sebagian besar kemungkinan ada hubungannya dengan yang disebut dengan temperamen. Perbedaan atau keunikan setiap anak dipengaruhi oleh temperamen anak yang berbeda-beda pula.

Sudah pernah tahu tentang temperamen, khususnya temperamen anak?

Apa sih temperamen anak?

Temperamen anak adalah aspek kepribadian yang berkaitan dengan suasana hati atau keadaan emosi seseorang (dalam konteks ini seorang anak) dan bagaimana ia merespon lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, tipe temperamen anak berpengaruh cukup besar pada pengendalian emosi, perilaku, dan perasaan anak.

Kita bisa menebak atau mempertimbangkan “apa sih tipe temperamen anak ini” dengan melihat 3 aspek berikut:

  1. Cara merespon: bagaimana anak merespon kejadian atau peristiwa di sekitarnya, baik yang menyenangkan maupun tidak.
  2. Pengendalian diri: bagaimana anak mengekspresikan dirinya, mengontrol dirinya, saat menghadapi suatu kejadian. Kegigihan dan konsentrasi anak juga termasuk dalam hal ini.
  3. Kemampuan sosial: bagaimana respon anak ketika bertemu orang baru atau mendapat pengalaman baru

Temperamen bisa berubah ga sih seiring manusia bertumbuh dan berkembang?

Menurut Mirela Loftus, Direktur Medis Newsport Healthcare Connecticut, temperamen bersifat bawaan, yang artinya sudah ada (dibawa secara natural) sejak seseorang lahir dan relatif stabil, tidak dapat berubah sepanjang masa kehidupan seseorang.

Sama ga sih dengan kepribadian?
Berbeda yaa. Temperamen adalah salah satu fondasi pembentuk kepribadian. Berbeda dengan temperamen yang bersifat bawaan, kepribadian seseorang dapat berubah karena dipengaruhi faktor lingkungan dan pengalaman hidup seseorang.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh dua orang psikolog bernama Alexander Thomas dan Stella Chess, ada 9 dimensi yang membentuk temperamen seseorang, yaitu:

a. Tingkat Aktivitas: ada anak yang cenderung lebih aktif dan ada yang lebih santai

b. Suasana Hati (Mood): Beberapa anak akan lebih mudah untuk merasa senang, mengalami lebih banyak emosi positif, lebih optimis, meskipun dalam situasi yang tidak mudah atau nyaman. Sebaliknya, ada pula anak yang cenderung lebih mudah merasakan emosi negatif dan pesimis saat menyikapi suatu situasi.

c. Mendekati atau Menarik Diri: Sebagian anak akan cenderung nyaman dan senang untuk bertemu dan berinteraksi dengan orang baru. Sementara, sebagian lainnya merasa kurang nyaman untuk berinteraksi dengan orang baru. Begitu pula dengan situasi atau pengalaman yang baru. Ada yang mudah menerima, bahkan mencari pengalaman baru, namun ada pula yang memilih untuk tetap berada pada situasi yang sudah biasa dijalani.

d. Kemampuan Menyesuaikan Diri: ada anak yang mudah untuk menyesuaikan diri di lingkungan yang baru, namun ada pula yang butuh waktu, bahkan sampai mengalami stres atau ketakutan tertentu.

e. Keteraturan: beberapa anak mudah mengikuti rutinitas sesuai jadwal, seperti bangun tidur, sarapan, dan sebagainya. Namun, ada pula anak-anak yang kesulitan untuk konsisten dengan rutinitas yang sudah dijadwalkan.

f. Intensitas Reaksi: Ketika menemui hal atau situasi baru, bagaimana reaksi anak, apakah merespon dengan tenang atau dengan ekpresif (bahkan terkadang berlebihan).

g. Ketekunan: Dalam mencapai target atau tujuannya, ada anak yang tidak mudah menyerah, seberapapun besar tantangannya tetap dicoba dan dihadapi. Sebaliknya, ada yang mudah menyerah ketika menemui kendala dan berhenti mencoba.

h. Sensitivitas Sensori (Sensory Threshold): Sebagian anak akan lebih sensitif terhadap fungsi indra atau sensorinya, misalnya seperti saat melihat cahaya, memegang tekstur benda atau makanan, suara yang keras, dan lain sebagainya.

i. Keteralihan (Distractibility): Ketika menerima tugas, ada anak yang bisa tetap fokus mengerjakan meskipun tugas tersebut tidak menarik, tetapi ada juga anak yang mudah teralihkan ke kegiatan lain yang lebih menarik untuk dia.

Kombinasi dari berbagai tingkatan atau level 9 dimensi di atas membentuk pengelompokan tipe temperamen anak menjadi 3 kelompok besar. Yuk kita simak lebih lanjut 😀

Tipe Temperamen Anak

Tiga tipe temperamen anak yang diperkenalkan oleh para ahli, adalah: easy, difficult (challenging), dan slow-to-warm. Saya rangkum dalam tabel supaya lebih mudah untuk identifikasinya yaa 🙂

Sumber: Thomas A, Chess S, Birch AG. The Origin of Personality. Scientific American 1970;223:102-9. in www.aboutkidshealth.ca

Meskipun ada pengelompokan seperti di atas, tidak semua anak bisa dikategorikan ke satu kelompok tertentu ya, Pak Buk. Sebagian anak bisa saja kombinasi dari ke-dua atau bahkan ke-tiganya, dengan satu kategori yang paling menonjol.

Perlukah mengetahui dan memahami temperamen anak?

Nah, sebenarnya perlu gak sih kita tahu temperamen anak kita tuh tipe yang mana?

Kalo menurut saya pribadi perlu yaa. Selayaknya kita orang dewasa yang maunya dimengerti, apalagi anak-anak kan. Pasti perasaannya lebih seneng, berbunga-bunga, dan merasa kalau kita dihargai, dianggap sama orang lain; orang lain mau berusaha menerima dan memperlakukan dengan se-baik-baik-nya gw yang kayak gini nih.

Kebayang gak kalau itu yang dirasakan sama anak-anak? Mereka akan merasa lebih nyaman menjadi diri mereka sendiri dan seharusnya jadi lebih punya komunikasi yang baik ya sama orang tuanya.

Menurut beberapa referensi pun, dengan mengetahui dan memahami temperamen anak ada banyak manfaatnya lho.

Apa aja sih manfaatnya?
1. Dapat terjalin interaksi yang lebih positif antara orang tua dengan anak
2. Membantu anak mempelajari lingkungannya dengan lebih baik, sehingga kesempatan anak untuk sukses semakin meningkat
3. Memberi pemahaman baru dalam sudut pandang atau cara yang berbeda tentang mengapa anak melakukan perilaku tertentu. Jadi, gak asal nge-judge perilaku anak 🙂
4. Membantu anak mengekspresikan diri dan emosinya dengan lebih baik.
5. Menjauhkan rasa bersalah pada diri orang tua sendiri atau menyalahkan anak atas reaksi atau perilaku yang normal, menjadi salah satu karakteristik, dari salah satu kelompok temperamen tertentu.

Gimana, kira-kira udah mulai bisa tahu belum nih temperamen anak / ponakan / murid kita yang mana?
Udah siap untuk berani memahami dirinya? Hihi 😀

Semangat ya, PakBuk <3

Referensi:

www.betterhelp.com
www.csefel.vanderbilt.edu
www.project-parenthood.simplecast.com
www.raisingchildren.net.au

(Visited 6 times, 1 visits today)

Leave a Comment