Aloha! Gak terasa tiba-tiba kita udah memasuki bulan ke-10 di tahun 2022. Sebentar lagi udah akhir tahun lagi, udah masuk awal tahun yang baru lagi, berasa cepet banget. Artinya udah sekitar 2.5 tahun juga pandemi melanda dunia, terlebih ada di Indonesia. Pasang surutnya kasus udah sama-sama kita lalui. Berbagai kebijakan pun sudah dibuat pemerintah sedemikian rupa dengan menyesuaikan kondisi masyarakat yang majemuk di negara kita. Efek pandemi tentu dirasakan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat dan semua sektor, terutama perekonomian. Salah satu bidang yang terdampak dan sangat berpengaruh terhadap perekonomian di Indonesia adalah sektor pariwisata.
Berdasarkan data BPS, di Indonesia terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 2.9 juta atau sekitar 53.36% pada bulan Januari-Mei 2020, dari tahun sebelumnya sebesar 6.3 juta kunjungan. Kunjungan wisatawan domestik pun mengalami penurunan karena banyak yang khawatir dengan dampak Covid 19, sehingga enggan melakukan perjalanan wisata, di samping memang saat itu ada pembatasan / PSBB sebagai kebijakan dari pemerintah untuk menekan kasus Covid 19. Sektor pariwisata sendiri merupakan salah satu sektor yang menyerap tenaga kerja paling banyak di Indonesia, sehingga kondisi pandemi ini tentunya juga menimbulkan efek domino pada keberlangsungan lapangan kerja, terlebih usaha UMKM. Sekitar 12.91 juta orang di sektor pariwisata mengalami pengurangan jam kerja dan 939 ribu orang di sektor pariwisata terpaksa dirumahkan.
Kondisi penanganan pandemi di Indonesia menurut saya semakin hari semakin menunjukkan kemajuan. Meskipun awalnya banyak kebijakan yang terasa memberatkan, tetapi itu memang pilihan yang terbaik untuk kondisi masyarakat kita. Saat ini cakupan vaksinasi sudah semakin luas dan program pencegahan lain juga semakin konsisten dilakukan. Awal tahun ini sepertinya menjadi awal yang cukup baik untuk kembali menata sektor-sektor yang sempat terdampak pandemi, salah satunya pariwisata.
Senang banget karena semakin ke sini sektor pariwisata kita semakin semangat bangkit dari dampak kondisi pandemi. Berbagai perjalanan wisata – lewat darat, laut, dan udara; domestik โ internasional -sudah kembali aktif. Timeline-timeline media sosial saya juga makin dibanjiri unggahan foto dan cerita teman-teman yang pergi liburan. Bikin makin mupeng pengen liburan juga ๐ Gak sabar nunggu si bayi ke-dua cepet gedean sedikit supaya bisa ikut diajak liburan sana sini hahaha.
Salah satu tempat yang pengen banget saya datangi adalah Pulau Sumba. Kenapa? Pertama, impian banget pengen bisa liburan ke wilayah Indonesia Timur karena pemandangan alamnya bagus-bagus banget dan kebanyakan budaya aslinya masih bertahan. Kedua, liburan bareng keluarga juga tertunda terus semenjak pandemi. Jadi, pengen banget bisa liburan jauh berempat, ngajak anak-anak melihat dunia yang beda dari biasanya, dan rehat dari rutinitas. Anak-anak bisa kenal dengan keragaman budaya Indonesia dan menikmati pemandangan yang indah. Ketiga, dari dulu juga paling gak tahan kalau lihat pesona alam perbukitan. Jaman remaja seneng banget ngkhayal pergi ke taman/gunung/alam yang banyak rerumputannya terus gelar kain, tiduran terlentang sambil natap langit, yang sampai sekarang belum kesampaian juga >,< Pas tahu kalau di Sumba banyak banget alam perbukitan yang bagus, langsung jadiin Sumba wishlist liburan ke sana. Selain alam perbukitan, wisata pantai, budaya, dan kuliner di Sumba juga gak kalah menarik lho. Banyak destinasi yang udah jadi inceran saya. Pulang ke Jakarta harus ada foto di Bukit Wairinding (ga boleh terlewatkan ini mah!), Bukit Mondu, Bukit Persahabatan, Pantai Walakiri, kampung adat Prainatang, dan kampung Adat Ratenggaro ๐
Negeri Seribu Bukit ini memang jadi magnet tersendiri buat saya karena saya paling ga tahan lihat kontur alam perbukitan dengan warna-warna campuran hijau-kuning-coklat-nya. Buat yang belum tahu, ada 2 pilihan waktu nih kalau temen-temen mau ke Sumba. Mau lihat yang hijau-hijau? Bisa pergi pas musim penghujan, sekitar bulan Oktober-Maret. Lebih suka lihat perbukitan dengan warna kuning kecoklatan? Langsung susun perjalanan di musim kemarau sekitar bulan April-September. Kalau temen-temen mau eksplor semua wilayah Sumba, baik Sumba Timur ataupun Barat, ga perlu takut destinasinya jauh dari bandara atau penginapan karena di kedua wilayah tersebut ada bandaranya masing-masing. Tinggal pilih penginapan yang dekat sama bandaranya. Perjalanan darat dari Sumba Timur ke Barat atau sebaliknya, tinggal pilih. Seru kan! XD
Belum lagi budayanya yang masih kental. Tertarik banget untuk bisa melihat langsung rumah adatnya yang unik dan belajar adat istiadat/kebiasaan penduduk di sana. Kampung adat Prainatang bahkan dijuluki The Living Megalithic Culture oleh kalangan arkeolog dan para akademisi antropologi yang melakukan riset di sana. Kebayang segimana keren dan uniknya budaya di sana! Kampung Adat Ratenggaro dengan atap menara rumahnya yang menjulang tinggi, bahkan tertinggi se-Sumba, ga kalah menarik buat dikunjungi. Pantai Walakiri-nya juga cantik banget dengan pohon mangrove kerdilnya yang seakan sedang menari. Pasti puas banget liburan bareng keluarga di sana, anak-anak juga bisa main pasir dan melihat pantai yang airnya bersih. Bener-bener โcuci mataโ ๐
Selain itu, sebagai pecinta kuliner dan โsi doyan makanโ, penasaran juga pengen nyicipin beragam kuliner khas Sumba. Salah satu yang paling khas di Sumba adalah Manggulu. Makanan ini mirip seperti dodol dengan bahan dasarnya pisang. Suami suka banget sama pisang dan segala bentuk olahannya, jadi dia pasti ga sabar juga untuk nyobain makanan ini. Ada juga ayam bambu rempah, ayam yang dibalut dengan daun pisang, dimasukkan ke dalam bambu lalu dibakar. Hmmm, udah kebayang aroma sedapnya. Ada juga sayur rumpu rampe kecintaan saya yang ternyata juga salah satu makanan khas Sumba. Meskipun udah sering makan di sini, nuansanya pasti beda ya kalau makan di tempat asalnya ๐ Kue rambut, Kaโpu Pantunnu, dan Kaparak juga jadi beberapa kuliner yang masuk daftar wajib buat dicicipin. Yumm!
Ngomongin liburan, saya pasti ga bisa lepas dari yang namanya Traveloka. Traveloka selalu jadi aplikasi pertama yang saya buka kalau udah rencana mau liburan. Dikuatkan dengan data dari suatu survei, Traveloka juga menjadi platform jasa perjalanan yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Ya cari tiket buat transportasinya atau yang paling sering ya buat cari hotel / penginapan. Udah cocok sama tampilan aplikasinya (UI/UX), enak gitu dipandang. Banyak juga voucher khusus atau promo booking hotel murah dan tiket transportasi yang harganya lebih terjangkau dari aplikasi serupa. Dengan kondisi pandemi yang ga nentu banget kayak kemarin, mereka juga masih bisa bertahan. Keren! Nah, kalau suatu hari dikasih rejeki dan kesempatan buat liburan ke Sumba sama keluarga saya udah tahu mau nginep dimana. Tentunya saya cari-cari infonya dan lihat-lihat fotonya dulu di Traveloka ya. Nama hotelnya Kambaniru Beach Hotel & Resort. Hotel Kambaniru ini termasuk hotel yang masih baru, jadi bangunannya udah pasti lebih modern. Review-nya di Traveloka juga meyakinkan dari segala aspek yang dinilai. Lokasinya juga ga jauh dari bandara Waingapu dan beberapa destinasi menarik yang ada di rencana liburan saya. Selain itu, ada layanan naik kuda gratis juga di sana.
Sepulang dari Sumba, tentu harus bawa buah tangan ya, buat kenang-kenangan udah pergi ke salah satu tempat di Indonesia Timur yang cantik banget. Salah satu oleh-oleh khas yang pasti akan saya bawa pulang adalah kain tenun Sumba. Kain Sumba menjadi salah satu bukti budaya masyarakat Sumba yang sampai saat ini masih bertahan, yaitu menenun. Motif kain Sumba ada beragam dan punya arti tertentu untuk setiap motifnya. Harganya pun bervariasi mulai dari ratusan ribu sampai jutaan rupiah. Kerumitan dan waktu yang lama dalam proses pembuatan kain membuat harga kain tersebut menjadi tergolong mahal. Pembuatannya menggunakan bahan-bahan alami dari alam, bahkan beberapa pengrajin punya resep rahasianya masing-masing. Harus misahin anggaran sendiri ya untuk beli oleh-oleh khasnya karena harganya cukup mahal dan sayang banget kalau udah jauh-jauh ke Sumba tapi ga bawa pulang kain khas sana. Selain itu, ada juga kaparak, jagung titi, kacang mete, dan kopi Sumba yang bisa dibawa pulang buat cemilan dan kudapan di rumah. Hmm, minum kopi sama nyemil, sambil liat foto-foto pas di Sumba, berasa ada di Sumba lagi, seru yaa ๐
Sebentar lagi udah menjelang liburan akhir tahun, saatnya susun rencana buat lepas penat dari rutinitas nih. Kalau kamu punya rencana kemana buat #lihatdunialagi bareng keluarga atau teman-teman? Yuk ‘#LihatDuniaLagi dan bikin #StaycationJadi ‘ dengan Traveloka! Langsung Meluncur ke Traveloka lewat link ini: https://trv.lk/kompetisi-lihatdunialagi-bloggerperempuan
Referensi:
https://travel.wego.com/berita/hal-hal-yang-harus-kamu-tahu-sebelum-liburan-ke-sumba/
https://pariwisataindonesia.id/berita/pariwisata-indonesia-di-masa-pandemi/
https://tripsumba.com/desa-adat/pesona-kampung-adat-prainatang-sumba-timur-yang-menakjubkan/
https://www.gotravelly.com/blog/bukit-indah-di-sumba/
https://www.nativeindonesia.com/pantai-walaikiri/
https://kambanirubeachhotel.com/hotel-sumba-timur/
https://www.idntimes.com/food/dining-guide/valencia-rudianto/makanan-khas-sumba-c1c2
https://tripsumba.com/budaya/6-motif-kain-khas-sumba/
https://phinemo.com/sisi-lain-kain-tenun-sumba/