Sering Merasa Overthinking? Ini 6 Cara Mengontrol Kecenderungan Overthinking yang Bisa Dilakukan

Sumber: www.cdn.i-scmp.com

Aloha! Welcome to my very first post. Setelah lama vakum di dunia tulis menulis, akhirnya memutuskan balik lagi dengan tampilan yang lebih fresh ni :D. Di post pertama ini, topik yang mau saya angkat adalah tentang overthinking. Kenapa? Alasannya sederhana, karena memang lagi sering dikunjungi sama pikiran-pikiran yang membludak akhir-akhir ini hehe. Siapa yang sering begini juga? Tos dulu kita! Apalagi kalau fisik lagi capek, rasanya makin ‘engap’ yaa. Semoga beberapa cara yang akan dibahas kali ini bisa bantu teman-teman juga untuk lebih bisa mengontrol kecenderungan overthinking-nya ya.

Menurut sebuah studi dari University of Michigan, 73% orang dewasa antara usia 25-35 tahun rentan mengalami overthinking. Usia ini memang aktif-aktifnya kita mencari jati diri dan banyak memulai tahapan kehidupan yang baru ya seperti transisi dari kuliah ke kerja, memulai hidup berumah tangga, mempunyai anak, dan meningkatkan karir. Jadi, banyak perubahan yang menuntut kita untuk beradaptasi dan banyak hal perlu kita pikirkan. Nah, mungkin ga sih kita benar-benar bisa terhindar dari overthinking? Karena dinamika kehidupan manusia, semua orang berpotensi mempunyai pikiran-pikiran yang berlebihan atau biasa kita sebut overthinking. Orang-orang yang sering mengalami overthinking akan lebih sering memikirkan peristiwa negatif yang telah terjadi di masa lalu secara terus menerus, memutar berbagai kemungkinan atau skenario “seandainya” peristiwa tersebut tidak terjadi, sehingga cenderung tidak ada tindak lanjut nyata yang dilakukan. Dari sebuah penelitian, diketahui bahwa overthinking rentan menimbulkan stres dan kecemasan (khususnya pada perempuan) dan berpengaruh pada kemampuan pemecahan masalah seseorang. Untuk kasus yang lebih parah bahkan bisa mengarah pada penyalahgunaan dan pemakaian obat terlarang, minuman keras, dan bunuh diri.

Salah satu contoh peristiwanya adalah ketika misalnya kita salah memanggil atasan baru. Sebagian orang akan merasa malu, berpikir untuk minta maaf, mempertanyakan ke diri sendiri (kok ya bisa-bisanya salah panggil), kemudian melupakannya dan meneruskan aktivitas lain seperti biasa. Namun, seorang yang overthinking akan memutar kembali kesalahannya ini terus menerus di dalam pikirannya, sekaligus memikirkan dampak atau kemungkinan negatif lain yang dapat terjadi, misalnya dia tidak akan dipromosikan atau terpililh saat ada pengurangan karyawan. Kemungkinan itu bisa saja terjadi, tapi tidak perlu terlalu dipikirkan secara negatif. Banyak faktor penentu yang lebih penting apakah teman-teman akan dipromosikan atau diberhentikan secara sepihak, selain hanya karena salah memanggil atasan teman-teman. Lalu gimana sih cara kita bisa mengontrol atau mengurangi kecenderungan untuk berpikir secara berlebihan? Teman-teman bisa lakukan beberapa cara sederhana berikut ini yaa:

Sumber: www.exploringyourmind.com
  1. Menyadari bahwa teman-teman mengalami overthinking. Kita harus menyadari dan mengakui telebih dulu agar kita bisa mencari cara yang tepat untuk mengatasi pikiran berlebihan ini. Biasanya ada 3 kemungkinan  skenario “bagaimana jika…” yang sangat teman-teman pikirkan saat mengalami overthinking.
  2. Belajar mengontrol pikiran teman-teman. Berusahalah untuk fokus pada hal-hal yang positif, pahami bahwa kita tidak bisa mengontrol semua yang terjadi dalam hidup kita.
  3. Mencari cara untuk mendistraksi pikiran-pikiran negatif tersebut, salah satunya dengan beraktivitas fisik untuk merilekskan pikiran teman-teman. Melakukan latihan pernafasan, jogging, atau yoga juga dapat membantu menenangkan pikiran. Bisa juga dengan melakukan hal lain yang teman-teman suka, seperti menulis (journaling) membaca buku, berjalan di taman, melukis, memancing, dll.
  4. Menuliskan (bukan mengetik) daftar kecemasan. Sempatkan menuliskan segala pikiran atau kecemasan yang dirasakan. Menuliskannya secara langsung dapat membantu menjernihkan otak teman-teman. Teman-teman bisa pakai buku-buku catatan yang menarik supaya semangat menulisnya.
  5. Berbicara pada terapis, teman, atau orang terkasih, dapat membantu memberikan pandangan yang lebih jelas dan membuka mata bahwa hal-hal rumit yang dipikirkan sebenarnya tidak perlu terlalu dipikirkan berlebihan.
  6. Melakukan meditasi dan atau hipnoterapi untuk membantu menenangkan dan mengklasifikasikan hal-hal yang dipikirkan dengan lebih baik. Namun, cara ini perlu sedikit latihan dan kesabaran. Hipnosis sendiri bisa membantu mengurangi kecemasan melalui relaksasi dan visualisasi, memungkinkan kita untuk fokus pada hal-hal positif atau lebih optimis dan realistis.

Teman-teman bisa lakukan cara-cara sederhana tersebut setiap hari ya supaya membantu teman-teman terhindar dari overthinking. Bukan proses yang cepat dan mudah, tapi dengan usaha dan doa, overthinking akan bisa diatasi, bahkan dihindari. Semangat ya teman-teman!

Referensi:

Greatmindsclinic.co.uk. 27 Juli 2016. What is overthinking – and what can we do about it? Diakses pada 18 Juni 2022, dari https://www.greatmindsclinic.co.uk/blog/what-is-overthinking-and-what-can-we-do-about-it/

Huffpost.com. 6 Februari 2020. Here’s What Happens To Your Body When You Overthink. Diakses pada 17 Juni 2022, dari https://www.huffpost.com/entry/overthinking-effects_l_5dd2bd67e4b0d2e79f90fe1b#:~:text=Your%20energy%20levels%20might%20drop&text=Spiegel%20added%20that%20when%20we,car%20in%20the%20wrong%20gear

Internationaljournalofresearch.com. 4 Juli 2020. “Just Stop Overthinking!” Diakses pada 18 Juni 2022, dari https://internationaljournalofresearch.com/2020/07/04/just-stop-overthinking/ Ns.umich.edu. 4 Februari 2003. Most Women Drink Too Much, Overthinkers Often Drink Too Much. Diakses pada 17 Juni 2022, dari http://ns.umich.edu/Releases/2003/Feb03/r020403c.html

(Visited 8 times, 1 visits today)

Leave a Comment