
Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, anak usia 5 tahun termasuk dalam kategori Pra-Operasional. Pada kategori ini, bahasa dan simbol memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif anak.
Pada tahap pra operasional, anak belum mampu berpikir logis dan masih mengandalkan pemikiran intuitif. Misalnya, mereka percaya bahwa suatu benda memiliki perasaan. Inilah salah satu alasan anak usia 5 tahun menikmati permainan pura-pura (pretend play).
Di rumah, Agni lagi suka sekali main boneka-bonekaan, main jual-beli, dan ragam permainan peran yang lain. Udah pasti boneka atau barbie-barbieannya diajak ngobrol, digendong-gendong, diapain aja sesuai imajinasi dia
Kalau diamati, memang pada tahap ini imajinasi anak berkembang dengan pesat. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai orang tua untuk menstimulasi kreativitas anak dengan cara yang tepat.
Untuk menstimulasi kreativitas dan rasa percaya diri anak 5 tahun, berikut beberapa cara yang bisa dan biasa saya terapkan juga ke anak-anak saya:
1. Memberi Ruang Eksplorasi untuk Anak
Biarkan anak bermain dengan berbagai bahan seperti clay, playdough, cat atau jenis pewarna cair lainnya, dan berbagai bahan lain untuk membuat sesuatu yang unik. Berikan contoh ketika bahan tersebut dibentuk menjadi suatu benda.
Kalau saya, setiap main clay (khususnya) dan cat, saya selalu menggunakan alas plastik (baik di meja maupun lantai) yang selalu digunakan hanya untuk permainan tersebut. Kalau tidak dialasi plastik, biasanya permukaan meja atau lantai cenderung menjadi licin dan lengket (tidak keset).
Selain itu, kita bisa sediakan mainan terbuka (open-ended toys) seperti balok kayu, lego, atau kain-kain yang bisa dibentuk dan dimainkan sesuai imajinasi anak. Jangan menginterupsi anak jika hasil yang mereka buat tidak sesuai ekspektasi kita, yaa.
Orang tua juga bisa mengajak anak untuk mencoba berbagai peran dalam permainan, misalnya sebagai dokter, pedagang, dan peran atau profesi lain yang ada di masyarakat. Jika ada waktu dan materi dan yang cukup, ikutkan anak pada program, kelas, atau tempat bermain berbayar seperti Kidzania, tempat anak bisa mencoba dan merasakan beragam peran.
2. Mendukung Kebebasan Berekspresi
Ajak anak untuk bercerita tentang pengalaman dalam sehari dan apa yang ia rasakan. Kita juga bisa mendorong anak untuk mengarang cerita dari sebuah gambar suatu kejadian. Jika anak sudah bisa menulis, ajak anak untuk menuliskan cerita tersebut.
Kenalkan juga anak pada musik. Perdengarkan berbagai irama musik, berikan alat musik sederhana untuk dimainkan, atau biarkan anak bernyanyi dan menari sesuka hatinya.
Selain itu, anak juga bisa dilibatkan untuk membuat kesenian atau kerajinan tangan sederhana. Tekankan bahwa mereka tidak perlu cemas jika hasilnya tidak sempurna. Buat aktivitas ini semenyenangkan mungkin
3. Berikan Permainan Kecil yang Menantang
Kita bisa ajak anak membuat sesuatu yang belum pernah mereka coba. Tidak perlu yang rumit atau terlalu kompleks. Misalnya, kita bisa tantang atau minta bantuan anak untuk menyusun puzzle yang jumlahnya lebih banyak dibanding yang biasa mereka mainkan.
Dalam kegiatan sehari-hari lainnya, bisa juga kita minta bantuan anak untuk membereskan tempat tidurnya sendiri. Mereka akan belajar mencari cara bagaimana melipat selimut dan merapikan bantal, seprai, serta barang lain yang ada di kamar.
Jika anak kesulitan, tanyakan terlebih dahulu bagaimana cara atau usaha mereka menyelesaikan tugas yang diberikan. Tawarkan bantuan atau berikan arahan pada anak untuk mengerjakan tugas tersebut jika anak masih kesulitan. Dukung dan tekankan pada mereka untuk mencoba hal baru tanpa takut gagal.
Ingat untuk memberi pujian pada usaha anak. Entah berhasil atau gagal, fokus pada usaha yang telah anak lakukan. Tidak perlu memuji berlebihan, ya. Yang terpenting, tekankan pada usaha spesifik yang telah anak lakukan, misalnya, “Wah, mama suka deh Mbak Agni mau mencoba banyak warna untuk mewarnai gambar ini.”
4. Memberi Kesempatan Anak Mengambil Keputusan
Sebagai orang tua, kita bisa mengajak anak memilih dan mengambil keputusan untuk hal-hal sederhana. Misalnya, “Kamu mau pakai botol minum pink atau hijau untuk sekolah besok?”, “Nanti malam mau makan nasi pakai ayam goreng atau telur dadar?”, “Hari Minggu besok mau bantu mama bikin kue atau merapikan ruang tamu?”.
Hal ini juga dapat diterapkan dalam interaksi interpersonal anak. Berikan berbagai cerita tentang situasi yang berbeda dan ajarkan anak bagaimana merespons dengan tepat.
Misalnya, jika diajak pergi oleh orang asing, anak sebaiknya tidak terbujuk atau langsung mengikuti. Sebaliknya, mereka perlu menolak dengan tegas, misalnya dengan mengatakan, “Tidak, saya tidak boleh ikut dengan orang yang tidak saya kenal,” atau “Saya harus bertanya kepada Mama atau Papa dulu.”
5. Perbanyak Aktivitas Fisik dan Batasi Screen Time
Berikan kesempatan pada anak untuk bermain di luar dan mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya. Aktivitas fisik yang beragam akan melatih sensori dan meningkatkan kemampuan kognitif, serta kepercayaan dirinya.
Batasi juga penggunaan gadget atau teknologi lain yang ber’layar’. Penggunaan gadget yang berlebihan dapat mengganggu aktivitas otak dan berdampak kurang baik untuk konsentrasi anak.
Dari semua cara ini, yang terpenting adalah membiarkan anak mencoba, gagal, dan belajar tanpa takut dihakimi. Jadi, tahan mulut kita untuk mengomentari anak dengan kata-kata yang menyudutkan, ya!
Dengan dukungan dan stimulasi yang tepat, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang kreatif dan percaya diri.
Gimana, ada yang sudah teman-teman terapkan pada si kecil? Share di kolom komentar, ya