Aloha!
Terapi wicara berfokus pada kemampuan anak untuk memahami kata yang diucapkan kepada mereka atau sebaliknya kemampuan menggunakan kata untuk menyampaikan pendapat atau perasaan mereka.
Melalui terapi wicara, anak diajak melatih mulutnya untuk bisa memproduksi kata secara baik, mulai dari artikulasi, besar-kecilnya intensitas suara yang keluar, dan kelancaran mengucapkan suatu kata. Koordinasi olah mulut ini adalah kunci utama dari proses terapi wicara.
Kapan anak perlu diajak untuk terapi wicara?
Sebagai orang tua, praktisi, atau pemerhati di bidang ilmu terkait anak atau pola asuh, teman-teman mungkin bertanya, kapan ya seorang anak perlu melakukan terapi wicara? pada kondisi seperti apa?
Berikut 3 tanda yang perlu teman-teman ketahui untuk bisa menentukan apakah anak memerlukan sesi terapi wicara.
1. Kemampuan berbicara anak belum sesuai dengan usianya
Dalam bidang ilmu psikologi, setiap anak memiliki tahapan perkembangan yang perlu dilalui dalam berbagai aspek tumbuh kembangnya, salah satunya perkembangan bahasa (bikin post tentang perkembangan bahasa).
Beberapa tanda yang dapat terlihat jelas di antaranya, pengucapan kalimat tidak lancar dan artikulasi saat berbicara kurang jelas, sehingga membuat anak kesulitan untuk berkomunikasi. Sebagai salah satu pedoman, teman-teman bisa perhatikan jumlah kata yang anak sebutkan dan dimengerti maksud katanya.
Apabila setelah diobservasi ternyata anak tersebut belum bisa mencapai tugas perkembangan pada usianya, teman-teman bisa mengajaknya untuk menemui dan berkonsultasi dengan pihak yang lebih ahli.
2. Anak mengalami gangguan makan.
Proses belajar makan yang dilalui anak, seperti menghisap air susu, mengunyah, dan menelan makanan padat, merupakan aktivitas yang dapat menguatkan otot-otot yang berkaitan dengan aktivitas berbicara.
Begitu juga ketika anak terlambat dikenalkan pada tekstur makanan yang seharusnya, misalnya dari cair ke agak padat (puree) dan puree ke padat.
Anak yang kesulitan untuk beralih ke tekstur makanan yang seharusnya atau menolak tekstur tertentu dapat mempengaruhi kemampuan berbicaranya.
Jika kondisi ini terjadi, khususnya dalam jangka waktu yang panjang, silakan berkonsultasi dengan pihak yang lebih ahli ya teman-teman.
3. Gangguan Kognitif
Anak dengan gangguan kognitif biasanya mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, membedakan, mengatur, dan memecahkan masalah. Dengan terapi wicara, anak akan dilatih untuk bisa mengembangkan komunikasi dengan orang lain yang lebih terarah dan dapat dipahami.
Terkadang, sebagai orang tua, kita seringkali merasa bahwa anak kita sepertinya baik-baik saja, sehingga kurang peka, bahkan mengabaikan tanda-tanda tersebut. Jadi, kita perlu terima dulu kondisi anak apa adanya dan tidak menolak keadaan anak yang tidak sesuai dengan harapan kita.
Akan jauh lebih baik kalau gangguan bicara pada anak bisa segera kita atasi, sehingga tidak mempengaruhi perkembangan anak secara lebih luas.
Semangat ya, Parents!
Referensi:
https://klinikpintar.id/blog-pasien/manfaat-tujuan-dan-prosedur-terapi-wicara-untuk-anak?utm_source=google&utm_medium=organic&utm_campaign=search&utm_term=&utm_source=google&utm_medium=organic&utm_campaign=search&utm_term=
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/569/mengenal-terapi-wicara