Overprotektif ke Anak, Salah Gak Ya?

Sebagai orangtua, secara naluriah tentunya kita berharap dan ingin memastikan anak kita selalu dalam kondisi yang baik-baik saja. Apapun akan kita perjuangkan untuk menjaga anak-anak, bukan? Namun, apakah sikap seperti ini memang baik untuk anak? Apa dampaknya untuk perkembangan anak kita? Kita bahas bersama, yuk!

Helicopter Parenting

Helicopter parenting adalah jenis pengasuhan yang merujuk pada sikap orang tua yang cenderung berlebihan dalam mengatur semua hal tentang anak agar sesuai dengan harapan orang tua. Mereka sangat ingin terlibat dalam berbagai aspek kehidupan anak untuk memastikan anak tetap aman, tumbuh dengan baik, dan menjadi sukses baik di sekolah dan bidang lain yang anak geluti. Sangat bisa dipahami bahwa setiap orang tua pasti mau anak tumbuh dengan baik sampai mereka dewasa. Namun, jika orang tua terus mengontrol anak tanpa mendengarkan apa yang sebenarnya mereka butuhkan, maka anak akan salah memahami maksud atau tujuan baik yang menjadi harapan orang tua.

Orang tua dengan pengasuhan helikopter juga cenderung mengatur jadwal anak secara berlebihan, baik untuk sekolah, mengikuti les, dan berbagai aktivitas lainnya, bahkan dalam pertemanan maupun keberadaan anak secara kelas sosial di lingkungannya. Tujuan utamanya adalah memberikan kesempatan apapun yang memungkinkan untuk mereka berikan pada anak.

Selain itu, anak juga tidak diberi kesempatan untuk berbuat salah. Mereka akan membereskan atau menyelesaikan semua masalah anak agar anak mereka tidak merasa sedih atau gagal. Padahal, pengalaman melakukan kesalahan itu penting untuk perkembangan anak sendiri.

Helicopter Parenting dan Pengaruhnya pada Anak

Segala hal yang berlebihan atau terlalu ekstrim akan membawa pengaruh yang kurang baik, termasuk juga pola pengasuhan. Berikut ini dampak dari sikap terlalu melindungi / mengendalikan anak dengan cara pengasuhan helikopter:

Kesulitan Menyelesaikan Masalah

Sumber: 1.       www.whitmanwire.com

Ketika orang tua selalu hadir untuk membereskan masalah anak, hal itu meminimalisir kesempatan dan pengalaman anak untuk melakukan kesalahan atau menghadapi situasi menantang. Karena orang tua selalu terlibat dalam kehidupan anak, akan cenderung ketergantungan terhadap orang tua. Sedangkan, sebenarnya melakukan kesalahan adalah satu hal yang berperan penting dalam perkembangan diri anak. Anak akan belajar dari proses trial and error dan dapat membuatnya semakin ahli untuk menghadapi berbagai situasi di lingkungannya. Meskipun awalnya tampak menakutkan, dari melakukan kesalahan kita bisa belajar banyak hal.

Harga Diri Rendah (Low Self-Esteem)

Anak yang cemas dan mengalami kesulitan secara berlebihan dalam mengambil keputusan atau menyelesaikan masalah dapat memandang dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Anak juga cenderung tidak bisa menempatkan diri dalam situasi yang benar. Akibatnya, rasa harga dirinya dapat semakin rendah. Harga diri yang rendah ini dapat mempengaruhi berbagai aspek perkembangan lainnya (akademis, relasi dengan orang lain) menjadi semakin buruk.

It is easier to build strong children than to repair broken men.

Frederick Douglass

Semua orang tua pasti ingin anaknya selalu aman dan jauh dari berbagai hal yang tidak aman. Namun, hidup akan selalu memberikan kejutan-kejutan di luar dugaan kita, dan anak-anak juga akan mengalaminya. Untuk itu, kita bisa mempersiapkan anak untuk punya otonomi atas dirinya sendiri dengan mendukung, mengarahkan, dan menemaninya untuk berani mengambil kesempatan dan menghadapi resikonya.

Selamat berproses, parents! 🙂

Referensi:

Sumber 1: IG @audreytsusanto 22 Feb 2023

Sumber 2: https://www.verywellfamily.com/helicopter-parents-do-they-help-or-hurt-kids-1095041

Sumber 3: https://health.clevelandclinic.org/

(Visited 21 times, 1 visits today)

Leave a Comment